Masa Praaksara | Ips
Sejak insan muncul di muka bumi ini, insan belum langsung mengenal tulisan. Manusia membutuhkan proses waktu yang sangat usang untuk mengenal goresan pena dan kemampuan membaca. Ketika insan belum mengenal tulisan maka zaman itu disebut masa praaksara, sedangkan ketika manusia sudah mengenal goresan pena dan kemampuan membaca disebut masa sejarah. Secara garis besar, seluruh kurun waktu sejarah dibagi menjadi:
- Masa praaksara (prehistory) merupakan zaman manusia belum mengenal tulisan. Masa pra-aksara dimulai sejak adanya kehidupan di permukaan muka bumi hingga manusia mengenal tulisan.
- Masa sejarah/aksara masa dimana insan sudah mengenal tulisan. Kurun waktunya merentang semenjak manusia mengenal goresan pena hingga sekarang.
Pembedaan masa praaksara dan masa sejarah didasarkan pada fakta apakah manusia sudah mengenal tulisan-menulis atau belum. Kita sanggup mengetahui kehidupan masyarakat praaksara, setelah para hebat purbakala (arkeolog) melaksanakan penggalian dan penelitian terhadap benda-benda purbakala baik yang berupa fosil atau artefak.
- Fosil yakni semua bekas atau sisa-sisa tulang belulang jenis manusia, binatang, atau tumbuhan yang telah membatu karena tertimbun tanah ribuan atau jutaan tahun.
- Artefak yakni segala benda atau perkakas yang dibuat dan digunakan insan purba untuk keperluan hidupnya.
Guna mengetahui kehidupan paling awal pada masa praaksara ini, perkembangan keadaan bumi terbagi atas zaman-zaman sebagai berikut.
- Zaman arkhaikum, yaitu zaman tertua yang berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun. Zaman ini belum ada kehidupan, karena kulit bumi masih panas sekali.
- Zaman paleozoikum, yaitu zaman hidup tertua yang berlangsung kira-kira 340 juta tahun. Zaman ini sudah ada kehidupan, dimulai adanya hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, ampibi, dan reptil.
- Zaman mesozoikum, yaitu zaman hidup pertengahan yang berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan munculnya jenis reptil raksasa, menyerupai Dinosaurus (panjangnya 12 meter) dan Atlantasaurus (panjangnya 30 meter). Selain itu, jenis burung dan hewan menyusui pun telah berkembang.
- Zaman neozoikum atau kainozoikum, yaitu zaman hidup baru yang berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang kemudian sampai kini. Zaman ini terbagi ke dalam 1) zaman tertair, yaitu zaman semakin berkembangnya binatang menyusui, sedangkan reptil besar mulai punah. Jenis simpanse dan kera-manusia sudah ada pada akhir zaman ini.; 2) zaman quartair, yaitu zaman adanya insan di atas permukaan bumi. Zaman ini dibagi ke dalam pleistosen(dilluvium) yang berlangsung kira-kira 600.000 tahun, zaman ini disebut sebut juga zaman es (glasial) dan zaman holosen berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang kemudian hingga terpelajar balig cukup akal ini.
Berdasarkan kajian arkeologis, zaman pra-aksara dibagi menjadi:
a. Zaman Batu
Disebut zaman watu alasannya insan pada ketika itu menggunakan alat-alat penunjang kehidupannya sebagian besar terbuat dari batu. Dari alat-alat tersebut sanggup diketahui bagaimana cara hidup manusia. Meskipun disebut zaman batu, tidak berarti alat-alat perkakas semuanya terbuat dari batu, ada juga alat-alat perkakas yang terbuat dari kayu dan bambu. Zaman Batu dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Zaman watu bau tanah (palaeolithikum) ditandai dengan
- penggunaan perkakas-perkakas yang terbuat dari batu kasar, tak diasah, dan belum halus,
- manusia masih hidup berpindah-pindah (nomaden),
- tergantung kepada alam atau masa mengumpulkan makanan (food-gathering),
- zaman ini berlangsung selama 600.000 tahun silam, selama Kala Pleistocen.
2) Zaman watu tengah (mesolitikum) ditandai dengan
- penggunaan perkakas-perkakas yang sudah agak halus dan orang sudah mulai bertempat tinggal,
- berlangsung kurang lebih 20.000 silam.
3) Zaman watu gres (neolitikum) ditandai dengan
- pembuatan alat-alat watu yang sudah diasah dan diupam,
- bertempat tinggal tetap,
- telah bercocok tanam atau masa menghasilkan makanan (food-producing),
- telah mengenal kepercayaan,
- Berlangsung selama 2.000 – 4.000 tahun silam.
4) Zaman watu besar (megalithikum) ditandai dengan
- membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar,
- berkembang hingga zaman perunggu,
- sudah mengenal kepercayaan pada roh nenek moyang.
b. Zaman Logam
Disebut zaman logam alasannya insan pada ketika itu menggunakan logam untuk menciptakan alat-alat penunjang kehidupannya. Zaman logam terbagi atas zaman perunggu dan zaman besi. Namun untuk wilayah Indonesia hanya mengenal zaman perunggu dan zaman besi. Di Indonesia zaman perunggu bersamaan dengan zaman besi, maka zaman logam disebut zaman perunggu.
Nugroho Notosusanto dan Sartono Kartodirdjo membagi zaman praaksara Indonesia ditinjau dari perkembangan sosial, ekonomi dan budaya sebagai berikut.
1. Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, dengan ciri-ciri antara lain.
- Alat kehidupan insan pada ketika itu berupa kapak perimbas (sejenis kapak yang digenggam, tidak bertangkai dan berbentuk masif), alat serpih, dan alat tulang.
- Hidup berkelompok-kelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil.
- Telah berkembang seni lukis yang dibuat pada dindingdinding gua, menyerupai di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan.
- Belum melaksanakan kegiatan penguburan mayat.
- Telah ditemukan teknologi sederhana untuk mendatangkan api.
- Bahasa sebagai alat komunikasi mulai terbentuk melalui kata-kata dan gejala dengan gerakan badan.
- Bertempat tinggal secara tidak tetap di dalam gua-gua alam, di tepi sungai, dan tepi pantai.
- Kelompok insan purba di pinggir pantai di antaranya meninggalkan kjokkenmodinger (kebudayaan sampah dapur).
2. Masa bercocok tanam dan beternak, dengan ciri-ciri antara lain.
- Alat-alat watu yang dipakai umumnya sudah diupam hingga halus. Alat watu yang dipakai berupa kapak persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, dan mata panah.
- Masyarakat mulai mengatakan gejala menetap di suatu tempat.
- Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan.
- Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis, rambutan, duku, salak dan sebagainya.
- Mengenal sistem tukar barang (tukar menukar barang dengan barang).
- Perahu bercadik dan rakit banyak dipakai sebagai sarana kemudian lintas air.
- Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting.
- Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan dinamisme (kepercayaan terhaterhadap benda-benda yang memiliki kekuatan gaib).
3. Masa Megalithikum (zaman watu besar), dengan peninggalanpeninggalan seperti berikut ini.
- Dolmen, yaitu bangunan menyerupai meja dari watu berkaki menhir yang dipakai untuk pelinggih roh atau tempat sesajian.
- Menhir, yaitu sebuah tugu watu yang diletakkan dengan sengaja di suatu kawasan untuk memperingati orang mati.
- Sarkofagus, yakni bangunan peti mati yang bentuknya seperti lesung.
- Peti kubur batu, yaitu peti mayit yang dibuat dari enam papan batu, terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar, sebuah lantai, dan sebuah epilog besi.
- Punden berundak, yaitu bangunan berupa watu yang berundak-undak, yang biasanya terdiri dari tujuh dataran (undak), dipakai untuk kegiatan pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
- Waruga, yaitu kubur watu yang berbentuk kubus atau bulat.
- Arca-arca megalitik, berupa arca-arca yang menggambarkan insan atau binatang, menyerupai gajah, harimau, kerbau, harimau, monyet dalam ukuran yang besar.
4. Masa Perundagian (masa kemahiran teknik), dengan peninggalan-peninggalan menyerupai berikut ini.
- Nekara, yaitu semacam tambur besar dari perunggu yang berpinggang di bab tengahnya dan sisi atasnya tertutup; dipercayai sebagai bab bulan yang jatuh dari langit, dan sering dipakai untuk upacara mendatangkan hujan.
- Moko, yaitu benda semacam nekara yang lebih ramping yang terdapat di Pulau Alor yang dipakai sebagai benda pusaka atau sebagai mas kawin.
- Kapak perunggu, disebut juga kapak sepatu atau kapak corong. Bentuk kapak berupa pahat, jantung, atau tembilang.
- Bejana perunggu, yaitu sebuah benda yang bentuknya mirip gitar Spanyol.
- Arca-arca perunggu, dengan bentuk arca orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, atau orang yang sedang memegang panah.
- Berbagai macam perhiasan, menyerupai gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul/kalung.
Di Indonesia penelitian perihal jenis-jenis insan purba sudah semenjak masa ke-18 M, dirintis oleh seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois. Mula-mula ia mengadakan penelitian di Sumatera Barat namun tidak membuahkan hasil, kemudian ia pindah ke Pulau Jawa . Di Pulau Jawa, ia berhasil menemukan fosil insan purba di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil insan purba ia beri nama pithecanthropus erectus, yang artinya insan simpanse yang berjalan tegak
Penemuan fosil selanjutnya pada tahun 1936 oleh Weidenrich. Ia menemukan fosil tengkorak anak di Lembah Sungai Brantas, desa Jetis, Mojokerto. Weidenrich menamakan fosilnya Pithecanthropus Robustus. Fosil sejenis juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto, ia menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
Pada penelitian dan penggalian arkeologis antara tahun 1936–1941, von Koenigswald berhasil menemukan fosil manusia purba. Diperkirakan fosil insan purba itu yakni manusia tertua di Indonesia yang hidup satu hingga dua juta tahun yang lalu. Oleh alasannya itu para hebat arkeologi menamakannya Meganthropus Palaeojavanicus, artinya insan raksasa tertua dari Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis, namun tingkat kehidupannya lebih primitif.
Selanjutnya, ditemukan fosil-fosil insan purba Indonesia, yang tingkat kemampuannya lebih tinggi dibanding jenis Pithecanthropus, yaitu jenis Homo Sapiens (manusia yang berpikir). Jenis insan homo sapiens yang ditemukan di Indonesia, antara lain.
1. Homo Wajakensis
Fosil-fosil jenis homo ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889. Tempat penemuannya di desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Tingkatan kemampuannya lebih tinggi dibanding Pithecanthropus Erectus. Homo Wajakensis sebagian besar bertempat tinggal di Indonesia bab barat termasuk ras Mongoloid sedangkan sebagian lagi bertempat tinggal di Indonesia bab timur termasuk subras Austromelanesoid.
2. Homo Soloensis
Fosil-fosil jenis Homo Soloensis ditemukan di Lembah Sungai Bengawan Solo pada penelitian dan penggalian antara tahun 1931 – 1941 oleh Ter Haar dan Oppenoorth.
Comments
Post a Comment